Senin, 15 Desember 2008

Bab 29: Ilmu Nujum (Perbintangan)

Imam Bukhori meriwayatkan dalam kitab shohihnya dari Qotadah r.a. bahawa ia berkata:
"Allah menciptakan bintang bintang ini untuk tiga hikmah: sebagai hiasan langit, sebagai alat pelempar syaitan, dan sebagai tanda untuk petunjuk (arah dan sebagainya). Maka barang siapa yang berpendapat selain hal tersebut maka ia telah melakukan kesalahan, dan menyianyiakan nasibnya, serta membebani dirinya dengan hal yang diluar batas pengetahuannya".
Sementara tentang mempelajari tata letak peredaran bulan, Qotadah mengatakan makruh, sedang Ibnu Uyainah tidak membolehkan, seperti yang diungkapkan oleh Harb dari mereka berdua. Tetapi Imam Ahmad memperbolehkan hal tersebut [69].
Abu Musa r.a. menuturkan: Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tiga orang yang tidak akan masuk syurga: pecandu khomr (minuman keras), orang yang memutuskan hubungan kekeluargaan, dan orang yang mempercayai sihir[70]". (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban dalam kitab shohihnya).
Kandungan bab ini:
1-Hikmah diciptakannya bintang-bintang.
2-Sanggahan terhadap orang yang mempunyai anggapan adanya fungsi lain selain tiga tersebut.
3-Adanya perbezaan pendapat dikalangan ulama tentang hukum mempelajari ilmu letak peredaran bulan.
4-Ancaman bagi orang yang mempercayai sihir (yang di antara jenisnya adalah ilmu perbintangan), meskipun ia mengetahui akan kebatilannya.
_____________________________________
Catatan Kaki:
[69] Maksudnya, memperlajari letak matahari, bulan dan bintang, untuk mengetahui arah kiblat, waktu shalat dan semisalnya, maka hal itu diperbolehkan.
[70] Mempercayai sihir yang di antara macamnya adalah ilmu nujum (astrologi), sebagaimana yang telah dinyatakan dalam suatu hadis : " barang siapa yang mempelajari sebahagian dari ilmu nujum, maka sesungguhnya dia telah mempelajari sebahagian dari ilmu sihir…" lihat bab 25.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar