Senin, 15 Desember 2008

Bab 63: Perjanjian Dengan Allah Dan Nabinya

rman Allah s.w.t.:
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji, dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu sesudah mengukuhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.” (QS. An nahl, 91).
Buraidah r.a. berkata: "Apabila Rasulullah s.a.w. mengangkat komandan pasukan perang atau batalyon, beliau menyampaikan pesanan kepadanya agar selalu bertakwa kepada Allah, dan berlaku baik kepada kaum muslimin yang bersamanya, kemudian beliau bersabda:
"Seranglah mereka dengan "Asma' Allah, demi di jalan Allah), perangilah orang-orang yang kafir kepada Allah, seranglah dan janganlah kamu menggelapkan harta rampasan perang, jangan menghianati perjanjian, jangan mencincang korban yang terbunuh, dan jangan membunuh anak-anak. Apabila kamu menjumpai musuh musuhmu dari kalangan orang-orang musyrik, maka ajaklah mereka kepada tiga hal: mana saja yang mereka setujui, maka terimalah dan hentikanlah penyerangan terhadap mereka.
Ajaklah mereka kepada agama islam; jika mereka menerima maka terimalah mereka, kemudian ajaklah mereka berhijrah dari daerah mereka ke daerah orang-orang muhajirin, dan beritahu mereka jika mereka mahu melakukannya maka bagi mereka hak dan kewajipan sama seperti hak dan kewajipan orang-orang muhajirin,
Tetapi, jika mereka menolak untuk berhijrah dari daerah mereka, maka beritahu mereka, bahawa mereka akan mendapat perlakuan seperti orang-orang badui dari kalangan Islam, berlaku bagi mereka hukum Allah, tetapi mereka tidak mendapatkan bahagian dari hasil rampasan perang dan fai, kecuali jika mereka mahu bergabung untuk berjihad dijalan Allah bersama orang-orang Islam.
Dan jika mereka menolak hal tersebut, maka mintalah dari mereka jizyah[121] , kalau mereka menerima maka terimalah dan hentikan penyerangan terhadap mereka. Tetapi jika semua itu ditolak maka mohonlah pertolongan kepada Allah dan perangilah mereka.
Dan jika kamu telah mengepung kubu pertahanan mereka, kemudian mereka menghendaki darimu agar kamu membuat untuk mereka perjanjian Allah dan RasulNya, maka janganlah kamu buatkan untuk mereka perjanjian Allah dan RasulNya, akan tetapi buatlah untuk mereka perjanjian dirimu sendiri dan perjanjian sahabat-sahabatmu, kerana sesungguhnya melanggar perjanjianmu sendiri dan sahabat sahabatmu itu lebih ringan resikonya dari pada melanggar perjanjian Allah dan RasulNya.
Dan jika kamu telah mengepung kubu pertahanan musuhmu, kemudian mereka menghendaki agar kamu mengeluarkan mereka atas dasar hukum Allah, maka janganlah kamu mengeluarkan mereka atas dasar hukum Allah, tetapi keluarkanlah mereka atas dasar hukum yang kamu ijtihadkan, kerana sesungguhnya kamu tidak mengetahui apakah tindakanmu sesuai dengan hukum Allah atau tidak" (HR. Muslim).
Kandungan bab ini:
1-Perbezaan antara perjanjian Allah dan perjanjian NabiNya dengan perjanjian kaum muslimin.
2-Petunjuk Rasulullah s.a.w. untuk memilih salah satu pilihan yang paling ringan resikonya dari dua pilihan yang ada.
3-Etika dalam berjihad, iaitu supaya menyeru dengan mengucapkan " bismillah fi sabilillah".
4-Perintah untuk memerangi orang-orang yang kafir kepada Allah.
5-Perintah untuk senantiasa memohon pertolongan Allah dalam memerangi orang-orang kafir.
6-Perbezaan antara hukum Allah dan hukum hasil ijtihad para ulama.
7-Disyariatkan bagi seorang komandan dalam kondisi yang diperlukan seperti yang tersebut dalam hadis, untuk berijtihad dalam menentukan hukum tertentu, walaupun ia tidak tahu apakah ijtihadnya sesuai dengan hukum Allah atau tidak?.
_____________________________________
Catatan Kaki:
[121] jizyah adalah uang yang diambil dari orang-orang kafir sebagai tanda ketundukan mereka kepada negara Islam dan sebagai ganti perlindungan Negara Islam atas jiwa dan harta mereka (muroji')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar